<strong>JENGGALA.ID</strong> - Amerika Serikat mengungkapkan keprihatinan mendalam terkait peningkatan jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza Palestina. Menurut Associated Press (AP), pada Minggu (29/10), jumlah korban tewas mencapai 8.005 orang, dengan lebih dari 20.200 orang lainnya terluka. Korban tewas sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan di Gaza. Jake Sullivan Penasihat Keamanan Nasional AS dalam wawancaranya dengan ABC News pada Minggu, menyalahkan kelompok Hamas yang dianggap "berlindung" di antara warga sipil Gaza. Namun, ia juga menegaskan bahwa ini tidak mengurangi tanggung jawab Israel berdasarkan hukum kemanusiaan internasional dan hukum perang untuk melindungi warga sipil. Sullivan menyatakan, "Ada ribuan warga sipil Palestina yang tewas dalam konflik ini, dan ini merupakan sebuah tragedi. Orang-orang tersebut tidak pantas mati. Warga-warga ini berhak menjalani kehidupan yang damai, aman, dan bermartabat."<!--nextpage--> Konflik dimulai setelah serangan dadakan Hamas, termasuk penyanderaan di wilayah Israel pada 7 Oktober, yang memicu eskalasi konflik dengan Israel. Israel terus menggempur Gaza, bahkan dalam rencananya untuk melancarkan invasi darat. Dari pihak Israel, jumlah korban tewas mencapai 1.400 orang, dengan sekitar 5.431 orang lainnya terluka, dan sekitar 200 orang disandera oleh Hamas. Sullivan menegaskan hak Israel untuk mempertahankan diri dari teroris, tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk membedakan antara teroris dan warga sipil biasa. Pernyataan Sullivan muncul seiring dengan demonstrasi di seluruh Amerika Serikat yang menuntut gencatan senjata di Gaza dan dukungan terhadap Palestina. Para demonstran bahkan menuntut AS untuk menghentikan dukungan politik dan finansial terhadap Israel. Di New York, ribuan orang menduduki stasiun Grand Central pada jam sibuk untuk mendukung gencatan senjata di Gaza dalam aksi yang diorganisir oleh kelompok progresif Jewish Voices for Peace dan IfNotNow.<!--nextpage-->