SULSEL, JENGGALA.id – Para Prodiakon Paroki Siti Maryam Saluampak, mengikuti kegiatan rekoleksi rohani yang berlangsung di Aula Paroki dan Gua Maria, Saluampak, Desa Pongko, Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (30/6/2025). Rekoleksi ini dipimpin oleh Pater Vikaris Paroki, Hardaely Palloan,MSC dengan tujuan menyegarkan kembali semangat dan pemahaman para prodiakon dalam melayani umat. Kegiatan ini menjadi ruang refleksi bagi para pelayan altar agar tetap setia dan paham akan tugasnya dalam liturgi Gereja Katolik. “Tujuan rekoleksi ini adalah menambah wawasan tentang tugas prodiakon secara liturgis agar tidak menyimpang dari fungsi pelayanan sesuai standar Gereja Katolik, khususnya di Paroki dan Stasi, serta lingkungan,” ujar Pater Harda dalam sesi pembukaan.<!--nextpage--> Ia menambahkan bahwa, rekoleksi ini menjadi kesempatan untuk saling berbagi pengalaman dan saling meneguhkan satu sama lain. “Melalui rekoleksi ini kita saling menguatkan, agar tetap menjalani pelayanan dengan sukacita. Kita perlu mengingat, tugas prodiakon tidak bisa dianggap mudah. Ini bagian penting dari pelayanan altar,” tegasnya. Pater Harda juga menekankan bahwa, pemahaman prodiakon tidak cukup hanya pada aspek liturgis dan sejarah, tetapi juga mencakup keterampilan, spiritualitas, dan ketulusan hati dalam menghadirkan Kristus kepada umat. <img class="aligncenter size-medium wp-image-266775" src="https://jenggala.id/wp-content/uploads/2025/07/WhatsApp-Image-2025-06-30-at-20.19.14-450x244.jpeg" alt="" width="450" height="244" /> “Sebenarnya kami harus jujur bahwa kami para imam sangat terbantu berkat pelayanan para prodiakon,” tuturnya dengan nada tulus. Sementara itu, Pater Paroki Siti Maryam Saluampak, Mathias Tobias Farneubun, MSC, yang dihubungi secara terpisah, turut mengapresiasi rekoleksi ini.<!--nextpage--> Ia menyoroti bahwa tantangan pelayanan prodiakon saat ini cukup kompleks, mulai dari manajemen waktu, hingga kesiapan menerima masukan dari umat. “Pelayanan prodiakon dewasa ini tidak mudah. Mereka harus mampu menjaga sikap dalam liturgi, serta memiliki hati yang tulus dalam mendengar dan melayani umat,” jelas Pater Mathias. Sementara Prodiakon bapak Sumarno, menurutnya, kita sudah bersedia menjadi pelayan, maka tetaplah setia memakai busana luturgis prodiakon yang pantas, wajar dan sesuai. Rangkaian rekoleksi ini menjadikan Prodiakon bisa menghidupkan liturgi denfan bijaksana dalam tugas pelayanan tiap hari, baik dalam lingkup gereja di stasi dan lungkungan. 'Bravo Prodiakon' Kegiatan rekoleksi ini ditutup dengan perayaan Ekaristi bersama, sebagai bentuk peneguhan kembali semangat pelayanan di altar Tuhan.<!--nextpage--> ** Megasari/Yustus