Ia menyoroti bahwa tantangan pelayanan prodiakon saat ini cukup kompleks, mulai dari manajemen waktu, hingga kesiapan menerima masukan dari umat.
“Pelayanan prodiakon dewasa ini tidak mudah. Mereka harus mampu menjaga sikap dalam liturgi, serta memiliki hati yang tulus dalam mendengar dan melayani umat,” jelas Pater Mathias.
Sementara Prodiakon bapak Sumarno, menurutnya, kita sudah bersedia menjadi pelayan, maka tetaplah setia memakai busana luturgis prodiakon yang pantas, wajar dan sesuai.
Rangkaian rekoleksi ini menjadikan Prodiakon bisa menghidupkan liturgi denfan bijaksana dalam tugas pelayanan tiap hari, baik dalam lingkup gereja di stasi dan lungkungan. ‘Bravo Prodiakon’
Kegiatan rekoleksi ini ditutup dengan perayaan Ekaristi bersama, sebagai bentuk peneguhan kembali semangat pelayanan di altar Tuhan.