John Roberto mengungkapkan bahwa mereka akan menggantungkan diri pada pinjaman sebesar Rp3,46 triliun untuk mendukung pengadaan ini, sementara sisanya, sekitar Rp5,19 triliun, akan diambil dari ekuitas.
Namun, ada kritik yang datang dari Anggota Komisi VI, Mufti Anam, terkait keputusan KAI untuk mengimpor KRL dari Jepang daripada membelinya dari PT INKA. Mufti Anam menyoroti kemampuan produksi PT INKA di Banyuwangi yang sebenarnya cukup baik, tetapi mereka kesulitan karena kurangnya dukungan dari KAI. Mufti Anam merasa bahwa KAI seharusnya memberikan lebih banyak dukungan kepada produsen lokal seperti PT INKA.