Selain itu, Jokowi menyatakan tekad untuk tetap melanjutkan kebijakan hilirisasi meskipun Uni Eropa mengajukan protes dan membawanya ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Menurutnya, hal ini terjadi karena nilai tambah sebelumnya berada di Uni Eropa, bukan di Indonesia, dan Uni Eropa tidak ingin kehilangan manfaat tersebut.
Setelah acara pertama, Jokowi bertemu dengan para relawan di acara Remuknas Solidaritas Merah Putih (Solmet) di Gedung Putih Tio Ma. Di sini, ia menyoroti dampak positif industri nikel yang mampu menyerap tenaga kerja hingga 70 ribu orang. Selain nikel, ia juga berbicara tentang potensi industri lain seperti tembaga, timah, dan CPO.
Jokowi juga merespons kritik terkait hilirisasi yang hanya menguntungkan perusahaan, termasuk yang dimiliki asing. Ia menegaskan bahwa negara perlu bekerja sama baik dengan sektor swasta maupun BUMN dan bahwa negara akan menerima pendapatan melalui pajak, pajak karyawan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), serta royalti.