Bulan ini dipenuhi dengan hari libur dan momen istimewa, membuat banyak orang lebih sering mengeluarkan uang untuk kebutuhan konsumsi maupun rekreasi. Tak sedikit yang mulai mengevaluasi kembali kondisi keuangannya, menyadari bahwa dana liburan atau bonus tahunan telah terpakai, sebagian bahkan hampir habis. Pengeluaran impulsif, keputusan belanja yang kurang bijak, serta minimnya perencanaan keuangan sering kali menjadi penyebab. Situasi ini menegaskan bahwa akses terhadap produk keuangan saja tidak cukup, dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam untuk dapat mengelola keuangan secara bijak dan berkelanjutan.
Fenomena ini mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam literasi keuangan di Indonesia. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan masyarakat mencapai 65,43%, sementara inklusi keuangan berada di angka 75,02%. Artinya, meskipun semakin banyak orang memiliki akses ke layanan keuangan, tidak semua benar-benar memahami cara mengoptimalkan produk finansial yang mereka gunakan.