Resiona pun memberi tahu kepada warga dan warga membawa patung tersebut ke kampung. Tiga kata yang ditulis langsung dibuatkan pagar dari batu agar tidak terhapus oleh air laut. Singkat cerita, tiga kata tersebut adalah ‘Reinha Rosario Maria’ atau Ratu Rosario Maria.
Masyarakat menyebut patung tersebut ‘Tuan Ma’, atau Tuan dan Mama. Saat itu masyarakat Larantuka masih menganut anismisme dan menganggap patung Tuan Ma adalah benda keramat, sehingga kepala kampung memerintahkan agar patung disimpan dengan hormat di rumah pemujaan yang disebut korke.
Masyarakat Larantuka menghormati Tuan Ma dengan memberikan sesajian dan melakukan wujud-wujud doa sebagai bentuk syukur atas panen bumi dan hasil laut setiap bulan Februari.
Kemudian di tahun 1617, ketika para misionaris dari portugis datang dan melihat Tuan Ma, mereka menyatakan kepada raja-raja di Larantuka bahwa Tuan Ma adalah Bunda Maria. Bunda yang mengandung Yesus dan Yesus yang menebus dosa umat manusia.