“Karena juga ini masalah ekonomi yang berputar. Kalau nanti ada kantin di dalam, kesannya nanti hanya mereka yang dihidupi, masyarakat yang di luar bagaimana,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Hernawan Wijayanto mengatakan hingga saat ini pihaknya belum bisa memastikan penyebab dari 22 anak sekolah keracunan usai meminum yoghurt yang mereka beli dari pedagang di sekolah.
Adapun sampel uji minuman maupun muntahan dari korban tersebut, kata dia, saat ini sedang diuji oleh Laboratorium Kesehatan Jawa Barat dan membutuhkan waktu hingga tujuh hari ke depan untuk mengetahui penyebab kasus keracunan.
Sebelumnya pada Rabu (11/10/2023) puluhan siswa SDN 1 dan 2 Cimencrang mengeluh mual dan muntah yang diduga mengalami keracunan setelah meminum yoghurt yang dijual oleh pedagang di sekolah tersebut.