<strong>JENGGALA.ID</strong> - Mumtaza Tjatradiningrat seorang warga negara Indonesia (WNI) berusia 34 tahun yang memiliki keluarga di Jalur Gaza, Palestina, merasa cemas karena tidak lagi menerima kabar dari keluarganya sejak Israel mulai membombardir wilayah tersebut pada hari keempat perang. Mumtaza mengatakan bahwa ia telah kehilangan kontak dengan keluarga suaminya sejak Selasa (10/10). Suaminya adalah seorang warga asli Palestina, dan keluarganya tinggal di Rimal, daerah yang menjadi sasaran serangan Israel saat perang dimulai. "Sudah dua hari terakhir suami saya tidak bisa menghubungi keluarganya di sana. Sudah tidak ada kontak karena apa pun pesan yang kita kirimkan tidak diterima. Ditelepon juga tidak nyambung. Kami sejujurnya tidak tahu nasib mereka seperti apa," kata Mumtaza kepada CNNIndonesia.com pada Kamis (12/10).<!--nextpage--> Sejak pecahnya perang antara Israel dan milisi Hamas pada 7 Oktober lalu, Mumtaza dan suaminya telah menghadapi kesulitan dalam menghubungi keluarga mereka di Gaza karena akses komunikasi terputus. Pada hari kedua perang, Israel menghancurkan pusat komunikasi utama di Gaza, mengakibatkan kesulitan akses internet dan telepon bagi warga. Tak lama setelah itu, Mumtaza dan suaminya berhasil menghubungi keluarga mereka. Namun, mereka mendapat kabar bahwa rumah keluarga mereka di Rimal telah hancur. "Terakhir kita dapat informasi setelah hilang kontak, sempat hilang kontak, dan dapat informasi lagi, ternyata gedung tempat mereka tinggal itu sudah rata dengan tanah. Tapi Alhamdulillah mereka sempat menyelamatkan diri dan selamat, tapi ya sudah gitu kita enggak tahu lagi mereka nasibnya seperti apa," ucap Mumtaza.<!--nextpage--> Mumtaza mengaku sama sekali tak tahu di mana kemungkinan keluarganya berlindung usai rumah mereka hancur. Sebab di Gaza, tak ada shelter atau bunker untuk berlindung dari bom. Saat mereka akhirnya berhasil menghubungi keluarganya, sanak familinya hanya mengabarkan bahwa mereka semua telah berkumpul bersama di satu tempat tanpa memberikan detail lebih lanjut. Mumtaza pun berharap keluarganya dalam keadaan baik dan hanya hilang kontak akibat terputusnya sinyal. Seiring dengan eskalasi konflik yang semakin memburuk, Mumtaza berharap pemerintah Indonesia bisa membantu mendesak seluruh negara, terutama sekutu Israel, untuk segera mewujudkan solusi dua negara. Mumtaza, sebagai anggota dewan HAM PBB yang tidak tetap, berpendapat bahwa saat ini adalah saatnya untuk mengambil tindakan nyata daripada hanya berbicara tentang negosiasi.<!--nextpage--> "Karena jika tidak, konflik ini tidak akan pernah berakhir, dan ketakutan bagi orang Palestina juga tidak akan pernah berakhir. Oleh karena itu, harapan kami kepada pemerintah Indonesia adalah untuk mendesak komunitas internasional dalam mewujudkan solusi dua negara ini," kata Mumtaza. Lebih dari itu, Mumtaza juga berharap pemerintah Indonesia bisa mendesak Israel untuk membuka jalur aman bagi warga Gaza. Hal ini akan memudahkan penyaluran bantuan internasional kepada warga yang terisolasi. "Yang paling penting yang bisa Indonesia lakukan adalah menyatukan suara internasional, menyatukan komunitas internasional, untuk bersama-sama mendesak Israel membuka blokade yang selama ini mereka terapkan di Gaza, serta menghentikan penyerangan di Jalur Gaza," tukas dia.<!--nextpage-->