Sekarang semua orang teriak dan mengaku reformis bahkan digelari bapak reformasi, padahal di zaman itu kampus menjadi amat gersang. Bahkan mahasiswa pun hanya segelintir saja. Justru gerakan Buruh lah yang menonjol terutama melalui SBSI yang dipimpin Muchtar Pakpahan. Sebabnya karena tangan Orde Baru ibarat gurita yang menjangkau seluruh sudut kehidupan. Tak ada yang tak terjangkau.
Keadaan baru berubah setelah peristiwa 27 Juli 1996. Peristiwa yang terjadi di sekertariat PDI Jl. Diponegoro 58 itu ibarat hujan di penghujung kemarau demokrasi yang sangat panjang. Maka sesudah peristiwa itu, demokrasi yang lama di bonsai, mulai bertunas. Karenanya 27 Juli adalah peristiwa penting bagi republik ini. Sayangnya kini menjadi kerdil, setiap tahun berlalu tanpa arti. Hanya ada tabur bunga di Diponegoro 58, itupun dilakukan FKK 124. Padahal peristiwa itu bukan hanya milik FKK 124, bukan pulah hanya milik PDI Perjuangan. Karena sebelum peristiwa itu, kekuatan pro demokrasi yang selama puluhan tahun hanya tertati-tati, mulai menggelembung. Wujudnya , Muchtar Pakpahan berhasil menghimpun 34 elemen menjadi MARI ( Majelis RAKYAT Indonesia), lembaga yang aktif melakukan mimbar bebas di Diponegoro.