Belum lagi, jelas Pratt, saat permintaan mobil listrik meningkat maka yang terus diantisipasi ialah kurangnya titik pengisian ulang baterai.
Menurut dia di beberapa negara infrastruktur pengisian baterai kurang ramah dan tidak semua orang bisa dengan mudah mengakses jaringan pengisian daya.
Kendati begitu, bukan berarti Toyota sepenuhnya menentang mobil listrik. Pratt beranggapan pabrikan asal Jepang ini memilih pendekatan multi platform soal elektrifikasi kendaraan.
Toyota adalah pelopor teknologi hybrid dan kini sudah menawarkan mobil listrik seperti bZ4X.
“Kita harus mengelektrifikasi kendaraan sebanyak mungkin, tapi kita tidak harus membuatnya hanya dengan satu cara. Satu cara yang paling Anda kenal adalah kendaraan listrik baterai murni, tapi ternyata itu menggunakan banyak litium,” katanya.