Selain itu, Kristalina juga mengkhawatirkan bahwa tingkat suku bunga acuan yang tinggi, terutama yang diterapkan oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), dapat memiliki dampak negatif pada negara-negara di kawasan ASEAN. Menurutnya, suku bunga yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang negara-negara ASEAN.
“Hal ini memiliki konsekuensi bagi ASEAN dalam hal kerugian bagi banyak negara, namun juga dalam hal kekuatan mata uang, yang tertekan oleh tingginya suku bunga The Fed dan bank sentral Eropa,” jelas Kristalina Georgieva.
Baca juga : Heru Budi Sebut Perpindahan ke IKN akan Menjadi Kota Lebih Baik
Pada Juli lalu, The Federal Reserve telah meningkatkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, atau 0,25 persen, sehingga mencapai rentang 5,25 persen hingga 5,5 persen. Kenaikan ini adalah yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir sejarah suku bunga AS.