<strong>JENGGALA.ID</strong> - Indonesia Corruption Watch (ICW) telah meminta Mabes Polri untuk mengungkapkan informasi terkait pengadaan alat sadap dengan metode zero click yang diduga terhubung dengan Pegasus. Permintaan ini disampaikan oleh peneliti ICW bernama Tibiko Zabar ketika dia menyerahkan surat permohonan informasi di Gedung Divisi Humas Polri, Jakarta, pada Senin (9/10). Tibiko menjelaskan bahwa permintaan informasi ini sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi (Perki) Nomor 1 Tahun 2021 tentang Standar Layanan Informasi Publik. Menurutnya, Kepolisian, berdasarkan data dari opentender.net yang diperiksa oleh ICW, terlibat dalam pengadaan alat sadap dengan metode zero click sejak tahun 2017 dan 2018.<!--nextpage--> "Oleh karena itu, kami ingin meminta informasi mengenai kontrak pengadaan ini sesuai dengan ketentuan UU tentang keterbukaan informasi publik dan Perki tahun 2001. Informasi mengenai kontrak pengadaan ini adalah informasi berkala yang seharusnya disediakan oleh Kepolisian," tambahnya. Tibiko juga mengungkapkan bahwa alat sadap Pegasus dengan metode zero click diduga diadakan oleh Polda Metro Jaya pada tahun 2017 dan 2018. Temuan ini berdasarkan hasil penelusuran ICW melalui situs opentender.net serta informasi dari Konsorsium Indonesia Leaks bulan Juli 2023 lalu. "Yang menarik adalah bahwa dalam rentang waktu satu tahun, yaitu 2017 dan 2018, pengadaan ini dimenangkan oleh perusahaan yang sama dengan nilai kontrak lebih dari 149 miliar rupiah hanya pada tahun 2018," paparnya.<!--nextpage--> Berdasarkan temuan Konsorsium Indonesia Leaks, ICW menyatakan bahwa pengadaan alat sadap ini memiliki potensi untuk mengancam keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Pegasus diketahui dapat digunakan untuk menyadap hanya dengan mengakses dokumen atau tautan tertentu. "Kami melihat adanya potensi penyalahgunaan alat sadap ini untuk kepentingan di luar penegakan hukum. Informasi dari Indonesia Leaks menunjukkan adanya dugaan penyalahgunaan saat pemilu tahun 2019, dengan beberapa nama politisi besar yang menjadi target Pegasus," jelas Tibiko. Pegasus sendiri adalah alat sadap yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Israel, NSO Group. Alat ini memiliki kemampuan untuk memata-matai pengguna perangkat elektronik dan mencuri data mereka. Pegasus dapat masuk ke dalam perangkat digital, seperti ponsel atau laptop, dan mengakses informasi yang ada di dalamnya, bahkan dapat mengaktifkan mikrofon dan kamera tanpa sepengetahuan pemilik aslinya.<!--nextpage-->