<strong>JENGGALA.ID</strong> - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengkritik Amerika Serikat karena mendekatkan armada kapal induknya ke wilayah Israel yang saat ini tengah terlibat dalam konflik terbaru dengan kelompok Hamas di Jalur Gaza, Palestina. Erdogan menyatakan keprihatinannya bahwa langkah ini bisa membuka peluang bagi Amerika Serikat untuk ikut campur dan memperburuk situasi, yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi warga Palestina. Jalur Gaza merupakan bagian dari wilayah Palestina yang saat ini masih dikuasai oleh kelompok Hamas, salah satu dari dua faksi besar di Palestina. Erdogan bersama Kanselir Austria, Karl Nehammer, yang sedang mengunjungi Ankara, mengeluarkan pernyataan ini pada Selasa (10/10). Pada Sabtu akhir pekan lalu, terjadi serangan dadakan dari Hamas ke Israel, dan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, segera mengambil langkah untuk memberikan dukungan kepada Tel Aviv, sekutu Washington di Timur Tengah. AS telah mengumumkan pengiriman armada kapal induk, termasuk USS Gerald R Ford, lebih dekat ke Israel. Selain kapal induk, AS juga akan mengirim kapal militer lainnya, kapal penjelajah berpeluru kendali, dan empat kapal perusak rudal sebagai bentuk dukungan. Selain itu, AS akan menambah skuadron pesawat tempur seperti F-35, F-15, F-16, dan A-10 di wilayah tersebut dan memasok amunisi kepada Israel untuk menghadapi serangan dari Hamas.<!--nextpage--> Erdogan sebelumnya telah mendesak baik Israel maupun Palestina untuk menghentikan saling menyerang dan memprovokasi yang dapat memperburuk situasi. Ia menyerukan agar Israel menghentikan pengeboman terhadap wilayah Palestina dan warga Palestina menghentikan kekerasan terhadap warga Israel di wilayah pendudukan. Erdogan juga menekankan pentingnya menghindari serangan terhadap warga sipil tanpa pandang bulu. Ia mengingatkan bahwa dalam perang, ada etika tertentu yang harus dihormati, dan melibatkan semua pihak. Erdogan telah lama mendukung perjuangan Palestina untuk kemerdekaan dan telah menjadi pemimpin negara mayoritas Muslim yang vokal mendukung solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad. Pada hari Senin, Erdogan bahkan dilaporkan absen dari rapat kabinet reguler untuk berbicara dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dan Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati. Erdogan menyatakan kembali tawaran Turki untuk membantu mediasi dan mengakhiri kekerasan di Jalur Gaza jika diminta.<!--nextpage-->