Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan bahwa ekuinoks adalah fenomena astronomi yang terkait dengan posisi semu Matahari yang melintasi garis khatulistiwa atau ekuator. Akibatnya, durasi siang dan malam hampir sama, yaitu sekitar 12 jam di wilayah yang dilaluinya.
Namun, Guswanto menegaskan bahwa ekuinoks tidak selalu menyebabkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem. Ada faktor-faktor lain, seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara, yang memiliki dampak lebih besar terhadap suhu di suatu wilayah.
“Fenomena ekuinoks biasanya tidak mengakibatkan perubahan suhu maksimum yang signifikan di Indonesia, biasanya berkisar antara 32-36 derajat Celsius,” tambahnya.
Puncak ekuinoks hari ini akan terjadi pada tengah hari, ketika bayangan benar-benar hilang. Itulah mengapa fenomena ini juga dikenal sebagai hari tanpa bayangan.