JENGGALA.ID – Belakangan ini rupiah melemah dikarenakan pengaruh pasar terhadap prospek ekonomi global serta imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat dan indeks dolar AS yang meningkat.
“(Kekhawatiran tersebut berupa) perlambatan pertumbuhan ekonomi, terutama di zona Eropa dan China,” ujar Analis Pasa Uang dari Bank Woori Saudaea, Rully Nova dikutip dari Antara, Rabu (6/9/2023).
Berdasarkan Data Purchasing Managers Index (PMI) Eropa tercatat sebesar 47,9 dengan ekspektasi 48,3.
Adapun data PMI sektor jasa China pada Agustus 2023 menunjukkan penurunan pertumbuhan menjadi 51,8 dengan ekspektasi 53,6.
Menurut dia, usaha stimulus Pemerintah China masih belum cukup untuk meningkatkan belanja konsumsi domestik masyarakat.
“(Terkait) ekonomi AS masih cukup kuat dengan pasar tenaga kerja yang stabil dan tren penurunan inflasi, walaupun masih belum mendekati target inflasi The Fed (sebesar) 2 persen,” jelasnya.