Ketua PEWARNA Sulawesi Selatan, Jansen Saputra Godjang, menyebut langkah KWI dan PGI itu “patut diapresiasi” karena “tentu dilatari pertimbangan kritis ihwal model kerja industri ekstraktif yang destruktif sekaligus bisa dibaca sebagai gambaran akan realitas KWI dan PGI yang banyak membersamai warga di lingkar tambang selama ini.”
Pilihan itu, katanya kepada Pewarna, juga menunjukkan bahwa KWI dan PGI “tidak terjebak pada keuntungan kelompok sendiri, tetapi punya sensitivitas yang tinggi dengan masyarakat korban dan lingkungan hidup.”
Dalam sebuah pernyataan pada 6 Juni 2024 baru-baru ini, Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantau KWI, Romo Marthen Jenarut, menyebut “KWI sepertinya tidak berminat untuk mengambil tawaran” pemerintah.