Bero diberi tenda penutup dan dikawal oleh petugas khusus. Didepan Bero, ada sebuah Bero sebagai penunjuk jalan. Lalu di samping dan dibelakangnya diikuti oleh puluhan Bero untuk mengawal.
Uniknya, Bero yang dipacu harus didayung secara tradisional tidak menggunakan mesin.
Para peziarah pun dapat mengikuti prosesi laut ini, dengan posisi dibelakang. Peziarah dari luar daerah dapat menggunakan perahu motor atau kapal berukuran kecil dan besar.
Biasanya sampai ratusan bahkan ribuan peziarah yang mengikuti prosesi laut.
Prosesi laut ini sangat mengundang haru, karena begitu beratnya perjuangan melawan arus yang deras terlebih saat mendayung bero dengan cara tradisional. Sehingga Prosesi Laut ini dapat mengandung makna bagaimana kerasnya pergulatan dalam kehidupan.