Jika dilihat dari dataran, lokasi Kapela Tuan Meninu dan Armida Tuan Meninu masih berada di dalam satu pulau yang sama. Namun pengantarannya harus melalui laut, tidak bisa melalui daratan.
Tidak ada yang tahu pasti alasannya karena sesuai dengan tradisi yang telah dijalankan selama 500 tahun lebih lamanya. Tradisi ini kemudian disebut dengan Prosesi Laut.

Prosesi laut dilaksanakan dengan melawan arus laut selat Gonzalu yang sangat deras, yang mempertemukan dua arus dari Laut Flores dan Laut Sawu.
Dalam prosesi laut, Patung Tuan Meninu akan ditaruh disebuh peti kecil berwarna hitam dan dibawa di dalam sampan (Dalam bahasa Nagi, Sampan disebut Bero).