Dengan meningkatnya pertumbuhan industri dan jumlah kendaraan bermotor, serta urbanisasi yang pesat, jika tidak segera diatasi, maka tingkat polusi udara akan semakin tinggi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dimas menilai perlu adanya membangun budaya sadar risiko di masyarakat. “Perilaku dan gaya hidup berisiko yang secara tidak sadar sering diabaikan, khususnya yang bisa menyebabkan masalah polusi udara, perlu dievaluasi kembali,” katanya.
Sebagai contoh, masyarakat dapat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik dalam menjalankan aktivitas hariannya untuk mengurangi emisi karbon. Contoh lainnya adalah mendorong perokok dewasa untuk mengurangi kebiasaan merokok. Sebab, asap dari rokok dapat menurunkan kualitas udara di sekitar. Apalagi di dalam asap rokok juga terkandung partikel TAR yang bersifat karsinogenik dan bisa menempel pada pakaian, rambut, serta kulit.