Kemudian, jika satu mobil listrik menggunakan 100 kWh, tapi 99 lainnya tetap menggunakan bahan bakar bensin, maka emisi CO2 hanya berkurang menjadi 248,5 g/km.
“Tesis kami adalah ini belum tentu merupakan hal terbaik untuk dilakukan sepanjang waktu, karena dalam hal ini kami hanya mengganti satu, tetapi 99 lainnya masih mobil berbahan bakar mesin. Rata-rata emisinya hanya turun sedikit,” kata Platt, sebagaimana dikutip dari Carbuzz, Rabu (1/2).
Di sisi lain, menurut Pratt ketersediaan litium sebagai bahan baku untuk baterai mobil juga berpotensi defisit pada 2040.
“Litium tidak akan cukup dan alasannya adalah tambang membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk didirikan, dan pabrik baterai hanya dua hingga tiga tahun. Akan ada krisis pasokan (litium) yang sangat besar,” ungkap dia.