Oleh karena itu, Dedi mengungkapkan bahwa FK3I dengan tegas menolak Hutan Menyala di kawasan Konservasi Tahura Djuanda.
“Kami minta KLHK turun tangan serta pihak Pemprov untuk membatalkan rencana tersebut,”ungkap Dedi.
Sekali lagi kami dengan tegas menolak dan meminta pihak ketiga hengkang dari rencana konsep tersebut.
“Kami bersama kawan kawan jaringan lain siap turun ke jalan untuk menolak konsep Abal Abal tersebut,”paparnya.
Seperti diketahui dari laman resmi Hutan Menyala, tempat ini menawarkan pengalaman audio visual di tengah hutan yang diusung oleh Sembilan Matahari (NM) dan The Lodge Maribaya, bekerja sama dengan Satoe Komunika Event Organizer serta Tahura Djuanda.
Wisata ini menggunakan hiasan lampu LED dan video mapping untuk menciptakan efek penuh warna.
Video mapping, sering disebut juga sebagai projection mapping atau spatial augmented reality, bisa memproyeksikan gambar ke permukaan obyek target. Umumnya digunakan di bangunan, obyek dalam ruangan berukuran kecil, dan panggung pementasan.