<strong>JENGGALA.ID</strong> - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah mengumumkan kesiapannya untuk meningkatkan pasukan penjaga perdamaian di Kosovo setelah terjadinya bentrokan di wilayah tersebut. Ketua NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan pada Kamis (28/9) bahwa pasukan tambahan telah diberikan wewenang untuk menghadapi situasi ini, meskipun belum ada rincian langkah konkret yang akan diambil. Kementerian Pertahanan Inggris juga mengonfirmasi bahwa mereka telah menyediakan satu batalion dengan kekuatan antara 500 hingga 650 tentara, yang dikenal sebagai KFOR, untuk mendukung upaya penjaga perdamaian di Kosovo. Batalion tersebut baru saja tiba di wilayah Kosovo untuk latihan yang sebenarnya sudah direncanakan sejak lama. Stoltenberg menegaskan, "Kami akan selalu mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan terjamin serta kebebasan bergerak bagi semua orang yang tinggal di Kosovo" (dikutip dari AFP pada Sabtu 30/9).<!--nextpage--> Pejabat NATO lainnya juga mengungkapkan bahwa KFOR telah memutuskan untuk meningkatkan kehadiran dan aktivitasnya di utara Kosovo sebagai respons terhadap situasi yang berkembang. KFOR sebelumnya telah meningkatkan kehadirannya di Kosovo sejak Mei lalu dengan mengerahkan sekitar 500 tentara dari Turki, yang kemudian digantikan oleh tentara Bulgaria dan Yunani. Mereka juga siap untuk melakukan "penyesuaian lebih lanjut" jika diperlukan untuk memenuhi mandat pemeliharaan perdamaian. Sementara itu, Gedung Putih pada Jumat (29/9) mendeteksi adanya penumpukan besar pasukan Serbia di perbatasan Kosovo dan mendesak Beograd untuk menarik pasukan tersebut guna menghindari eskalasi ketidakstabilan situasi. Pada Minggu (24/9), terjadi baku tembak dan pembunuhan seorang polisi Kosovo di sebuah biara yang terletak di desa dekat perbatasan Serbia. Kejadian ini menjadi salah satu eskalasi paling serius dalam konflik di bekas provinsi yang memisahkan diri tersebut selama bertahun-tahun.<!--nextpage-->