Hal itu dikatakannya dalam seminar kebangsaan yang digelar PMKRI dan GMKI Cabang Makassar di Kabupaten Takalar.
“Pluralisme di Kota Anging Mammiri terkhusus di Sulawesi Selatan (Sulsel) ini harga mati. Jadi Sulsel bukan milik satu atau dua kelompok. Sekarang kalau mau Sulsel ini aman, mahasiswa/i harus ikut menjaga,” ujarnya.
Dany menambahkan bahwa di Sulsel toleransi itu sudah hidup beratus-ratus tahun lalu, salahsatunya diikat oleh faktor budaya. Contohnya di Toraja, di Tana Luwu, dan Soppeng ada yang Islam tapi juga ada yang Nasrani. Agama mereka beda, tapi budayanya sama.
“Itu yang membuat masyarakat Sulsel susah terpecah belah. Dan saya minta mahasiswa juga harus menjaga ikut itu,” sebutnya lagi.
Pembicara lainnya Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Dr Mokhamad Ngajib, S.IK, MH bersama R.D Albert Arina ketua Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Keuskupan Agung Makassar (KAMS) dan Ketua FKUB Kota Makassar, Prof.Dr.H Arifuddin Ahmad, S.Ag, mereka berpesan agar mahasiswa jangan terjebak dengan pikiran ‘Simplistik’.