Solana adalah Sekretaris Jenderal NATO periode 1995-1999 dan mengepalai kebijakan luar negeri Uni Eropa pada 1999-2009.
Dia mengaku menghabiskan waktu di Gaza saat bertugas, termasuk melakukan negosiasi agar Uni Eropa bisa memastikan pintu lintas batas Rafah dari Gaza ke Mesir tetap terbuka. Program tersebut dimulai pada 2005 dan bertahan selama 19 bulan.
Solana juga menyebut Piagam Abraham yang mendorong normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Uni Emirat Arab serta Bahrain sebagai kesalahan besar.
Dia menyebut ketiga negara itu mencampakkan gagasan sebelumnya yang meminta negara-negara mengakui Israel melalui negosiasi damai dengan Palestina.