<strong>JENGGALA.ID</strong> - Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi melemah karena rilis data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) kuartal III/2023 jauh lebih baik dibandingkan kuartal II/2023, yakni 4,9 persen dari 2,1 persen. “Data ini menunjukkan ekonomi AS masih solid, sehingga masih memungkinkan untuk Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuannya untuk meredam inflasi ke target 2 persen,” katanya dikutip dari Antara, Jumat (27/10/2023). <!--more--> Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga masih memicu sentimen hindar risiko di pasar keuangan yang membebani rupiah sebagai aset berisiko. Secara historis, perang antara Israel dengan Hamas (kelompok perlawanan dari Palestina) berlangsung selama 2-3 bulan. Ini berarti nilai tukar rupiah berpotensi terganggu mengingat babak eskalasi baru dimulai sejak 7 Oktober 2023.<!--nextpage-->