<strong>JENGGALA.ID</strong> - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mencatat dampak nyata dari perubahan iklim, salah satunya adalah fenomena kekeringan berkepanjangan yang disebabkan oleh El Nino. Dalam sebuah acara di Jakarta, Jokowi menyatakan bahwa "Perubahan iklim yang dulunya kita anggap sesuatu yang masih absurd, tapi sekarang sudah nyata. Kekeringan super El Nino betul-betul kita rasakan dan produksi beras turun hampir di semua negara. 22 negara mengerem, menyetop, tidak mengekspor berasnya lagi." Situasi ini, yang sebelumnya tidak pernah dipertimbangkan, kini menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Jokowi juga mengungkapkan bahwa cadangan beras pemerintah di gudang Bulog semakin menipis. Oleh karena itu, impor beras menjadi tindakan yang perlu dilakukan hingga akhir tahun.<!--nextpage--> Jokowi menjelaskan bahwa produksi beras di dalam negeri berkurang akibat dari kemarau panjang yang disebabkan oleh El Nino. "Memang masih kurang (beras), sehingga dari stok yang ada di Bulog saat ini 1,7 juta ton, masih menambah lagi, sampai akhir tahun kira-kira 1,5 juta ton," katanya. Lebih lanjut, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga menjabat sebagai Menko Marves Ad Interim, Erick Thohir, mengumumkan bahwa Presiden China, Xi Jinping, berkomitmen untuk menyediakan 1 juta ton beras kepada Indonesia. Xi Jinping menyatakan komitmennya saat bertemu dengan Presiden Jokowi dan pejabat Indonesia lainnya di Beijing pada Selasa (17/10) lalu. Erick Thohir menegaskan bahwa komitmen tersebut akan menghasilkan peningkatan cadangan stok beras Bulog menjadi 2,5 juta ton. Impor beras dan komitmen dari China menjadi langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang memengaruhi produksi beras di Indonesia.<!--nextpage-->