<strong>JENGGALA.ID</strong> - Milisi Hizbullah yang berbasis di Lebanon bergabung dengan Hamas dalam serangan rudal terhadap Israel. Dalam rilis resmi, Hizbullah mengklaim mereka mengincar tank-tank Israel. Sebagai balasan, pasukan Israel menyerang pos pengamatan yang didukung oleh Iran, seperti yang dilaporkan oleh South China Morning Post (SCMP). Sehari sebelumnya, pada Senin, Hizbullah juga menembakkan roket dan dua mortir ke pos militer Israel di Galilee. Aksi ini terjadi setelah setidaknya tiga anggota Hizbullah tewas akibat serangan Israel. Mereka yang tewas adalah Hussam Muhammad Ibrahim, Ali Raef Ftouni, dan Ali Hassan Hodroj. Dalam rilis resmi Hizbullah, mereka menyebut bahwa korban tewas "menjadi martir akibat agresi Zionis di Lebanon selatan pada Senin sore," sebagaimana yang dikutip oleh Al Jazeera.<!--nextpage--> Sementara itu, militer Israel mengidentifikasi sejumlah "peluncuran" roket dari Lebanon ke Israel dan bersumpah untuk membalas dengan tembakan artileri ke Lebanon. Pada hari yang sama dengan serangan Hizbullah, Israel juga melancarkan serangan ke selatan Lebanon. Pada hari sebelumnya, yaitu pada Minggu, terjadi serangan saling menyerang antara Hizbullah dan Israel. Hizbullah meluncurkan rudal ke Peternakan Shebaa, Israel. Militer Israel menyatakan bahwa pasukan mereka telah "membunuh sejumlah tersangka bersenjata yang menyusup ke wilayah Israel dari wilayah Lebanon," meskipun mereka tidak menyebutkan jumlah pastinya. Konflik ini antara Hizbullah dan pasukan Israel merupakan yang paling serius sejak tahun 2006. Meskipun beberapa pihak merasa bahwa eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah akan terus meningkat, mantan Jenderal Angkatan Darat Lebanon, Elias Farahat, berpendapat bahwa aturan keterlibatan akan tetap berlaku, yaitu menyerang sasaran dan Israel akan merespons sumber tembakan. Dia juga menekankan bahwa tidak ada upaya dari kedua belah pihak untuk memperluas konfrontasi.<!--nextpage-->