Sosok Warren Buffett menjadi titik tolak pencariannya. Ia kagum bukan hanya karena kekayaan Buffett, tapi karena kecerdikan strategi dan konsistensinya. Kevin pun mulai menyelami dunia saham. Ia menyadari bahwa saham bukan hanya angka, melainkan representasi dari kepemilikan bisnis itu sendiri.
Belajar dari Kegagalan
Langkah pertamanya jauh dari kata mulus. Pekerjaan pertamanya menuntut waktu gila-gilaan. Pernah suatu malam, ia bekerja hingga pukul 6 pagi, hanya untuk kembali rapat tiga jam kemudian. Kevin merasa hidupnya berjalan tanpa kendali. Tapi ia sadar: kalau pekerjaannya bisa cepat selesai, ia bisa gunakan sisa waktu untuk membangun sesuatu yang lebih berarti.
Saat itulah ia serius belajar saham. Sembari bekerja, ia membangun portfolio saham pertamanya. Namun ujian besar datang ketika pandemi COVID-19 menghantam. Nilai investasinya merosot lebih dari 50%, puluhan juta rupiah hilang.