Laksmi menjelaskan bahwa pencegahan ini berdasarkan analisis cuaca dan iklim, dan sudah berfokus pada langkah-langkah antisipasi yang bersifat pencegahan. Ada tiga komponen utama dalam solusi permanen ini.
Pertama, adalah analisis iklim berkelanjutan dengan memperhatikan data dari BMKG dan ASEAN Specialised Metrology Center (ASMC). Kedua, melibatkan operasional di lapangan, termasuk patroli di 34 daerah operasi untuk memantau hotspot atau titik panas yang berpotensi menjadi karhutla. Langkah ketiga berkaitan dengan pengelolaan lanskap lahan di berbagai wilayah Indonesia. KLHK telah melakukan sosialisasi dan implementasi untuk mengelola lahan agar terhindar dari risiko karhutla.
Dirjen Penegakan Hukum KLHK, Rasio Ridho Sani, menambahkan bahwa upaya ini telah memberikan hasil positif. Trend luas lahan yang terkena dampak karhutla dalam tiga periode terakhir selalu menurun. Pada tahun 2015, luas lahan yang terbakar mencapai 2,6 juta hektar, lalu berkurang menjadi 1,6 juta hektar pada tahun 2019. Saat ini, karhutla tahun 2023 mencatat lahan yang terkena dampak sekitar 267 ribu hektar.