Jenggala.id – Fluktuasi tajam masih mewarnai pergerakan harga minyak dan emas dunia. Ketidakpastian ini diperburuk oleh langkah mengejutkan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang, pada Selasa (24/6/2025) waktu setempat, mengizinkan Tiongkok untuk kembali membeli minyak dari Iran — negara yang selama ini dikenai sanksi berat oleh Washington.
Kendati pernyataan itu disampaikan langsung oleh Trump, Gedung Putih buru-buru memberikan klarifikasi. “Presiden tetap menyerukan agar negara-negara, termasuk Tiongkok, membeli minyak dari AS, bukan Iran. Ini tetap dalam kerangka sanksi yang diberlakukan terhadap Iran,” ujar seorang pejabat Gedung Putih, dikutip Reuters, Rabu (25/6/2025).
Langkah Trump ini dinilai bertentangan dengan kebijakan sanksi yang selama ini dikedepankan AS terhadap Iran. Padahal, data menunjukkan bahwa sekitar 14 persen dari total impor minyak Tiongkok berasal dari Iran, jauh lebih besar dibanding impor dari AS yang hanya sekitar 2 persen.
Langkah tersebut diprediksi akan memicu tekanan lanjutan terhadap harga minyak mentah global, terlebih setelah Trump sebelumnya juga mengumumkan gencatan senjata sepihak antara Iran dan Israel. Walau klaim tersebut dibantah oleh pihak Iran, pasar langsung bereaksi dengan penurunan harga minyak.
Menurut pengamat ekonomi dan analis pasar uang Ibrahim Assuaibi, Trump sangat sensitif terhadap kenaikan harga minyak. “Sejak kampanye awal, ia berjanji menjaga harga minyak tetap rendah. Maka tak heran jika ia mengambil langkah cepat saat harga melonjak,” ujarnya.
Namun demikian, harga minyak dunia justru menunjukkan sedikit kenaikan pada Rabu (25/6/2025). Minyak jenis Brent tercatat naik 1,1 persen menjadi USD 67,89 per barel, sementara jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,4 persen ke posisi USD 65,24 per barel.
Hal serupa juga terjadi di pasar logam mulia. Harga emas sempat anjlok ke level USD 3.326 per troy ons pada Selasa, namun kembali naik tipis ke USD 3.327 per troy ons berdasarkan data dari goldprice.org.
“Jika tidak mampu menembus batas bawah USD 3.266, maka ada peluang harga emas akan kembali naik ke kisaran USD 3.375,” ungkap Ibrahim.
Ia juga menyebut bahwa pernyataan dari pejabat bank sentral AS turut menjadi faktor penentu arah harga emas ke depan. Salah satunya adalah testimoni Ketua The Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres AS, yang sangat ditunggu oleh pelaku pasar.
Meski sempat muncul spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Juli mendatang sebagai respons terhadap ketegangan geopolitik dan risiko inflasi dari tarif perdagangan, Powell dalam pernyataannya Selasa malam menyatakan bahwa pihaknya belum akan terburu-buru mengambil langkah tersebut.
Menurut Powell, bank sentral AS masih akan menunggu perkembangan data inflasi lebih lanjut sebelum memutuskan arah kebijakan suku bunga.